Shalat Fajar: Tata Cara, Niat, dan Keutamaannya

Shalat sunnah 2 rakaat sebelum shalat subuh
sumber
Artikel ditulis oleh Waritsa Asri Asri
Disunting oleh Debora Gracia

Daftar isi artikel
Mengenal Shalat Fajar
Tata Cara Shalat Sunnah Fajar
Waktu Shalat Sunnah Fajar
Dzikir setelah Shalat Sunnah Fajar
Keutamaan Shalat Fajar Sunnah
Shalat fajar sering diartikan sebagai shalat subuh. Namun, ini adalah 2 jenis ibadah yang berbeda. Shalat subuh adalah shalat wajib 5 waktu bagi umat Islam, sedangkan shalat fajar yakni shalat yang sunnah dilaksanakan. Arti sunnah adalah mendapatkan pahala atau ganjaran ketika melaksakannya dan tidak mendapat dosa saat meninggalkannya. Terlihat serupa, tapi tata cara serta proses dari shalat sunnah ini berbeda.

Diyakini seseorang yang melaksanakan shalat sunnah di waktu fajar ini mendapatkan keutamaan dan keberkahan dari Allah. Pahalanya akan digandakan berkali-kali lipat.Lantas seperti apa niat, tata cara serta keutamaan dari shalat fajar ini? Yuk, cari tahu!
Shalat Fajar adalah shalat sunnah yang dilakukan sebelum melaksanakan shalat subuh. Biasanya, shalat ini dilaksanakan ketika mendekati waktu shalat subuh. Untuk rakaatnya sendiri pun berjumlah 2 layaknya shalat wajib subuh. Dilansir dari NU Online, Imam Abu Hasan al-Mubarakfuri mengartikan dua rakaat shalat fajar sebagai shalat qabliyah subuh. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam riwayat Mir’ah al-Mafatih Syarah Misykat al-Mashabih, yang berbunyi:

قوله (ركعتا الفجر) أي سنة الفجر هي المشهورة بهذا الاسم
Artinya:
“Makus dari perkataan ‘dua rakaat shalat fajar’ (dalam hadits) adalah shalat sunnah (qabliyah) fajar. Penyebutannya memang masyhur dengan nama ini” (Abu al-Hasan al-Mubarakfuri, Mir’ah al-Mafatih Syarah Misykat al-Mashabih, juz 4, hal. 137).

Penamaan istilah shalat fajar ini sebenarnya cukup banyak. Ada yang menamai shalat sunnah subuh karena dilaksanakan sebelum waktu subuh. Adapun yang mengatakan shalat sunnah barad karena dilakukan ketika pagi hari dengan suhu sejuk. Selain itu, nama shalat sunnah ini juga disebut shalat sunnah ghadar, yakni shalat sunnah yang dilakukan masih dini hari sekali.

Arti dari shalat fajar sebagai shalat qabliyyah subuh juga dikuatkan karena gabungan kata “rak‘atai-l-fajr” yang artinya dua rakaat shalat fajar. Adapun ini tertuang dalam hadits berikut:

عن حفصة قالت: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يصلي ركعتي الفجر قبل الصبح في بيتي يخففهما جدا
Artinya:
“Diriwayatkan dari Sayyidah Hafshah, beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melaksanakan shalat dua rakaat fajar sebelum melaksanakan shalat subuh di rumahku dengan sangat cepat” (HR. Ahmad).

Selain itu, ada bunyi hadits lain yang mendukung pernyataan tersebut seperti:

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ لَمْ يَكُنْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى شَيْءٍ مِنْ النَّوَافِلِ أَشَدَّ مِنْهُ تَعَاهُدًا عَلَى رَكْعَتَيْ الْفَجْرِ
Artinya:
“Diriwayatkan dari Sayyidah ‘Aisyah radliyallahu ‘anha, beliau berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam belum pernah dalam melakukan shalat sunnah lebih diperhatikan dari dua rakaat fajar” (HR. Bukhari)

Tata Cara Shalat Sunnah Fajar
Karena ini merupakan shalat sunnah yang berbeda dari shalat subuh, tata caranya pun berbeda.

Berikut sejumlah tata cara dari shalat fajar sunnah 2 rakaat, antara lain:
1. Niat Shalat
Niat dalam shalat fajar dalam Nihayatuz Zain, Syaikh Nawawi memaparkan ada sejumlah niat yang bisa dicontoh untuk melaksanakan shalat sunnah 2 rakaat ini.

Niatnya seperti:

أُصَلِّي سُنَّةَ الْفَجْرِ رَكْعَتَيْنِ أَدَاءً لِلّهِ تَعَالى

Ushalli sunnatal fajri rok’ataini ada’an lillahi ta’ala

Artinya:
 “Saya niat shalat sunnah fajar dua rakaat karena Allah Ta’ala”

Selain itu, niat shalat sunnah fajar juga bisa dengan niat:

أُصَلِّي سُنَّةَ الْبَرَدِ رَكْعَتَيْنِ أَدَاءً لِلّهِ تَعَالى

Ushalli sunnatal barodi rok’ataini ada’an lillahi ta’ala


Atau dengan niat seperti:

أُصَلِّي سُنَّةَ الْبَرَدِ رَكْعَتَيْنِ أَدَاءً لِلّهِ تَعَالى

Ushalli sunnatas subhi rok’ataini ada’an lillahi ta’ala
Artinya: 
"Saya niat shalat sunnah subuh fajar dua rakaat karena Allah Ta’ala"

Adapun niat shalat fajar yang lebih lengkap untuk seorang mukmin seperti:

اُصَلِّيْ سُنَّةَ الصُّبْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ اْلقِبْلَةِ اَدَاءً لِلَّهِ تَعَالَى

Usholli sunnatas shubhi rok’ataini mustaqbilal qiblati adaa-an lillaahi ta’aala
Artinya: 
“Saya niat shalat sunnah subuh dua rakaat menghadap kiblat karena Allah Ta’ala”
 
2. Pelaksanaan Shalat
Shalat sunnah fajar ini berjumlah 2 rakaat dan dilaksanakan pada waktu sebelum shalat shubuh. Untuk tata cara pelaksanannya yakni seperti berikut ini:

Rakaat Pertama
Ketika melaksanakan rakaat pertama, diikuti surah al-Fatihah dan disunahkan membaca surah al-Kafirun.

Selain itu, dibolehkan juga untuk membaca potongan ayat dari surah al-Baqarah yakni:

قولوا آمنا بالله واما أنزل إلينا
(qūlwā amnā bāllh wāmā anzl ilīnā.

Rakaat Kedua
Sedangkan pada rakaat kedua diikuti dengan membaca surah al-Ikhlas, atau bisa juga membaca ayat surah Ali Imran yakni:

قل يا أهل الكتاب تعالوا إلى كلمة سواء
(qul lii ahlil-kitāb taallwā ili kalmaẗsawaaʾ)

Hal ini didasarkan pada hadits muslim yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Abu Hurairah Ra.

Adapun hadits tersebut berbunyi:

عن أبي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم “قرأ في ركعتي الفجر قل يا أيها الكافرون وقل هو الله أحد
Artinya: 
“Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah Saw membaca al-Kafirun dan al-Ikhlas pada saat shalat fajar dua rakaat.”

Sedangkan dalam riwayat lain, ada hadits muslim dari Ibnu Abbas:

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يقرأ في ركعتي الفجر (قولوا آمنا بالله وما أنزل إلينا ) والتي في آل عمران ( تعالوا إلى كلمة سواء بيننا وبينكم)

Artinya: “Rasulullah Saw membaca ‘Quluu Amanna billahi wa maa unzila ilaina’ dan ayat dalam Ali Imran, ‘Ta’aalau ila kalimatin sawa’in bainana wa bainakum’ pada saat shalat fajar.”

Rasulullah SAW ketika melaksanakan shalat fajar ini tidak terlalu lama. Ini tertuang pada hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim melalui Aisyah Ra,

كان النبي صلى الله عليه وسلم يخفف الركعتين اللتين قبل صلاة الصبح حتى إني لأقول هل قرأ بأم الكتاب
Artinya:
“Nabi SAW meringankan bacaan dalam dua rakaat sebelum subuh sehingga aku berkata ‘apakah beliau membaca al-Fatihah saja?'”

Sahabat Nabi SAW di kala itu bertanya, "bagimana jika datang ke masjid dan shalat subuh telah dimulai dan tidak sempat melakukan shalat fajar?"

Ketika kita tertinggal seperti itu, maka seorang muslim diperbolehkan melakukannya setelah waktu shalat subuh, atau boleh juga melakukannya setelah naiknya matahari (irtifa’).

Pelaksanaan waktu shalat fajar ini diriwayatkan oleh Abu Dawud,

عن قيس بن عمرو قال : “رأى رسول الله صلى الله عليه وسلم رجلا يصلي بعد صلاة الصبح ركعتين فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: صلاة الصبح ركعتان فقال الرجل إني لم أكن صليت الركعتين اللتين قبلهما فصليتهما الآن فسكت رسول الله صلى الله عليه وسلم” رواه أبو داود
Artinya:
“Dari Qais bin Amr berkata: Rasulullah Saw melihat seorang laki-laki melakukan shalat dua rakaat setelah shalat subuh, kemudian Rasul berkata: Shalat subuh itu hanya dua rakaat.

Kemudian laki-laki itu menjawab: sesungguhnya aku belum melakukan shalat dua rakaat sebelum subuh, sehingga aku melakukannya sekarang (setelah shalat subuh), kemudian Rasulullah Saw diam.” (HR. Abu Dawud)

Waktu Shalat Sunnah Fajar
Shalat sunnah fajar termasuk ke dalam shalat sunnah yang tidak disunnahkan untuk dikerjakan secara berjamaah. Shalat fajar dikerjakan pada terbit fajar shidiq atau setelah azan Subun (awal waktu) dan dikerjakan sebanyak 2 (dua) rakaat.

Dzikir setelah Shalat Sunnah Fajar

Dikutip dari kitab Nihayatuzzain, berikut ini adalah rangkaian dzikir dan doa yang sunnah kita lafadzkan saat jeda antara shalat fajar hingga pelaksanaan salat shubuh:

Diawali dengan pembacaan dzikir:

يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ لآ إلَهَ إِلاَّ أَنْتَ
Ya hayyu ya qoyyum laa ilaaha illa anta (40 kali)
Artinya:
“Wahai Yang Maha Hidup, Wahai Yang Maha Berdiri Sendiri, tiada tuhan selain Engkau”Dilanjutkan dengan membaca 
  • surat al-ikhlas sebanyak 11 x
  • Dilanjutkan dengan membaca surat al-falaq sebanyak 1 x
  • Dilanjutkan dengan membaca surat an-naas sebanyak 1 x
Dilanjutkan dengan berdzikir:

سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ أَسْتَغْفِرُ اللهَ
Subhanallah wabihamdihi subhanallahil ‘adzim astaghfirulloh
Artinya:
“Maha Suci Allah, dan dengan memuji-Nya. Maha Suci Allah Yang Maha Agung. Aku memohon ampunan pada Allah”

Dilanjutkan dengan berdzikir:

سُبْحَانَ مَنْ تَعَزَّزَ بِالْعَظَمَةِ سُبْحَانَ مَنْ تَرَدَّى بِالْكِبْرِيَاءِ سُبْحَانَ مَنْ تَفَرَّدَ بِالْوَحْدَانِيَّةِ سُبْحَانَ مَنْ احْتَجَبَ بِالنُّوْرِ سُبْحَانَ مَنْ قَهَرَ الْعِبَادَ بِالْمَوْتِ سُبْحَانَ مَنْ لَا يَفُوْتُهُ فَوْتٌ سُبْحَانَ الْأَوَّلُ الْمُبْدِىءُ سُبْحَانَ الْآخِرِ الْمُفْنِيْ سُبْحَانَ مَنْ تَسَمَّى قَبْلَ أَنْ يُسَمَّى سُبْحَانَ مَنْ عَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ سُبْحَانَ مَنْ كَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ سُبْحَانَ مَنْ لَايَعْلَمُ قَدْرَهُ غَيْرُهُ )سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ (3 X سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Subhana Man ta’azzaza bil-adzomati, subhana Man tarodda bil-kibriyaa`i, subhana Man tafarroda bil wahdaniyyati, subhana man ihtajaba bin-nuuri, subahan Man qaharol ‘ibaada bil mauti, subhana Man laa yafuutuhu fautun, subhanal awwal al-mubdi, subhanal akhir al-mufni, subhana man tasamma qobla ay yusamma, subhana Man ‘allama Adamal asmaa`a, subhana man kaana ‘arsuhu ‘alal maa, subhana Man ya’lamu qadrohu ghoiruhu (Subhanallah wabihamdihi subhanallahil ‘adzim astaghfirulloh) subhana Robbika Robbil ‘izzati ‘ammaa yashifuun, wa salaamun ‘alal mursaliin walhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin
Artinya:
“Maha suci Dzat yang perkasa dengan keagungan-Nya, Maha suci Dzat yang berhiaskan kebesaran, Maha suci Dzat yang menyendiri dalam sifat keesaan-Nya, Maha suci yang berhijab dengan cahaya, Mahasuci Dzat yang melemahkan para hamba dengan kematian, Maha suci Dzat yang tidak disibukkan oeh kesibukan apapun, Maha suci Dzat yang Maha Awal dan Maha mengawali, Maha suci Dzat yang Maha Akhir dan Maha memfanakan, Maha suci Dzat yang menamai sebelum dinamai, Maha suci Dzat yang mengajarkan nama-nama kepada Adam, Maha suci Dzat yang singgsana-Nya berada di atas air, Maha suci Dzat yang kadar-Nya tidak diketahui oleh sesiapapun (Maha Suci Allah, dan dengan memuji-Nya. Maha Suci Allah Yang Maha Agung), Maha suci Tuhanmu, Tuhan Yang Maha lebih mulia dari apa yang mereka sifatkan, keselamatan bagi para Rasul, dan segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam”.

Lalu berbaring ke samping kanan dengan membaca:

اللهم رَبَّ جِبْرِيْلَ وَمِيْكَائِيْلَ وَإِسْرَافِيْلَ وَعِزْرَائِيْلَ وَرَبَّ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجِرْنِيْ مِنَ النَّارِ

Allahumma Robbi Jibrila wa Mikaila wa Isroofiila wa ‘Izrooiila, wa Robbi Sayyidina Muhammadin Shollallahu ‘alaihi wa sallam. Ajirnii minan naar”
Artinya:
“Ya Allah, Tuhannya Jibril, Mikail, Israfil, Izrail, dan Tuhannya junjungan kami Muhammad SAW. Selamatkanlah kami dari neraka”.

Ada beberapa keutamaan dari melaksanakan shalat sunnah fajar ini.

Dilansir dari MuslimID, ada riwayat sahabat Aisyah radhiyallahu ‘anha, tentang keutamaan dari shalat fajar. Hadits tersebut berisi:

لَمْ يَكُنْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى شَيْءٍ مِنْ النَّوَافِلِ أَشَدَّ مِنْهُ تَعَاهُدًا عَلَى رَكْعَتَيْ الْفَجْر
Artinya:
"Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah melakukan satu shalat sunnah pun yang lebih beliau jaga dalam melaksanakannya melebihi dua rakaat shalat sunnah subuh.” (HR Bukhari 1093 dan Muslim 1191)

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menambahkan:
"Ketika safar (perjalanan), Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap rutin dan teratur mengerjakan shalat sunnah fajar dan shalat witir melebihi shalat-shalat sunnah yang lainnya.

Tidak dinukil dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau melaksankan shalat sunnah rawatib selain dua shalat tersebut selama beliau melakukan safar" (Zaadul Ma’ad I/315)

Keutamaan shalat fajar sunnah ini juga disebutkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
Artinya:
“Dua rakaat shalat sunnah subuh lebih baik daripada dunia dan seluruh isinya.” (HR. Muslim725).

Selain itu, terdapat beberapa hadits terkait keutamaan setelah shalat sunnah fajar menurut riwayat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam hadits tersebut, dibolehkan untuk berbaring dengan sisi tubuh sebelah kanan setelah melakukan shalat sunnah subuh.

Di antaranya ini tertuang pada hadits seperti ini:

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص اِذَا سَكَتَ اْلمُؤَذّنُ بِاْلأُوْلَى مِنْ صَلاَةِ اْلفَجْرِ قَامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ خَفِيْفَتَيْنِ قَبْلَ صَلاَةِ اْلفَجْرِ بَعْدَ اَنْ يَسْتَبِيْنَ اْلفَجْرُ ثُمَّ اضْطَجَعَ عَلَى شِقّهِ اْلاَيْمَنِ حَتَّى يَأْتِيَهُ اْلمُؤَذّنُ لِلإِقَامَةِ
Artinya:
“Apabila muadzdzin telah selesai adzan untuk shalat subuh, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum shalat subuh, beliau shalat ringan lebih dahulu dua rakaat sesudah terbit fajar.

Setelah itu beliau berbaring pada sisi lambung kanan beliau sampai datang muadzin kepada beliau untuk iqamat shalat subuh.” (HR Bukhari 590)

Itulah tata cara, waktu, dan keutamaan dari menjalani shalat fajar. Mulai sekarang, yuk coba terapkan sehari-hari!

Sumber

Baca Juga: 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar