Bacaan Tawasul Lengkap beserta Jenisnya, Sarana untuk Mendekatkan Diri pada Allah
Seorang muslim tentu tak ingin mendapati dirinya menyimpang, jauh dari ajaran agama, dan jauh dari Allah SWT. Muslim yang ingin menjaga keimanannya akan terus berusaha mencari cara agar tetap dekat dengan Sang Pencipta.
Perintah untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT juga tercantum dalam salah satu ayat Alquran, yang artinya,
"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah (jalan) untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah (berjuanglah) di jalan-Nya, agar kamu beruntung." (Q.S Al Maidah: 35).
Upaya seseorang dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT disebut sebagai tawasul. Tawasul dapat diartikan sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan ketaatan kepada-Nya, beribadah kepada-Nya, mengikuti petunjuk Rasul-Nya dan mengamalkan seluruh amalan yang dicintai dan diridhai-Nya.
Tujuan utama dari membaca tawasul lengkap adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Namun, tidak semua tawasul diperbolehkan. Bagaimana cara tawasul yang benar? Dan bagaimana bacaan dari tawasul lengkap?
Dalam artikel kali ini kami akan membahas lebih lanjut mengenai tawasul beserta bacaan tawasul lengkap yang bisa dipraktikkan.
8 Jenis Tawasul untuk Mendekatkan Diri pada Allah SWT
Ada banyak jenis tawasul yang bisa Moms terapkan sehari-hari
Tawasul adalah upaya seorang muslim dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tawasul dilakukan dengan melaksanakan ketaatan, ibadah, mengikuti petunjuk Rasul-Nya dan mengamalkan seluruh amalan yang dicintai dan diridhai-Nya.
Berikut ini kami sudah merangkum bacaan tawasul yang dapat Moms terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Yuk, disimak!
Dasar Hukum Tawasul
Tawasul adalah upaya agar doa kita dapat diterima oleh Allah SWT. Beberapa ayat dalam Alquran yang menjelaskan tentang dasar hukum tawasul yaitu sebagai berikut:
1. Surat Al Maidah Ayat 35
Yaa ayyuhallaziina aamanuttaqullaaha wabtaguu ilaihil-wasiilata wa jaahidu fii sabiilihii la'allakum tuflihun
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan."
Dari ayat tersebut, ulama memutuskan bahwa tawasul adalah sesuatu yang disyariatkan oleh Islam.
Ayat ini dengan jelas meminta kita untuk membuat anak tangga yang menghubungkan seseorang dan Allah.
Ulama dari berbagai madzhab sepakat bahwa tawasul yang dimaksud adalah amal saleh sebagai jalan yang menyertai seseorang dalam doanya.
Amal saleh dapat mendekatkan seseorang kepada-Nya. Amal saleh ini yang dijadikan tawasul agar hajat-hajat orang tersebut dalam doanya terkabul. Inshaa Allah.
2. Surat Al-A'raaf Ayat 180
Wa lillaahil-asmaa'ul-husnaa fad'uhu bihaa wa zarullaziina yul-hiduna fii asmaa'ih, sayujzauna maa kaanu ya'malun
Artinya:
"Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan."
Jenis Tawasul
Berikut ini adalah jenis-jenis dan cara melakukan tawasul yang bisa Moms lakukan.
1. Bertawasul dengan Allah SWT
Bertawasul dengan Allah SWT, dengan nama-nama-Nya yang baik, dengan sifat-sifat-Nya. Ini dperkuat dengan adanya dalil,
“Hanya milik Allah asmaa-ul husna , maka memohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu…” (Q.S Al A’raf : 180).
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda dalam doa beliau,
“… Aku memohon dengan setiap nama-Mu, yang Engkau memberi nama diri-Mu dengannya, atau yang Engkau ajarkan kepada salah satu makhluk-Mu, atau Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau Engkau sembunyikan dalam ilmu ghaib di sisi-Mu…” (HR. Ahmad).
2. Tawasul dengan Amal Saleh
Dalam hadis dikisahkan ada 3 orang yang terperangkap di dalam gua, masing-masing bertawasul dengan amal shalihnya.
Sehingga Allah membukakan pintu gua dari batu besar yang menghalanginya.
Berdasarkan hadis tersebut para ulama sepakat bahwa bertawasul dengan amal shalih adalah ajaran Islam dan dapat dilakukan.
3. Tawasul dengan Orang yang Kedudukannya Tinggi di Sisi Allah SWT
Yang kedua adalah Tawasul dengan orang-orang yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah SWT.
Artinya wasilah yang kita sebutkan dalam berdoa bukan amal kita tetapi nama seseorang atau kemuliaan seseorang.
Contoh: “Ya Allah, berkat Nabi Muhammad SAW……” ,“Ya Allah, berkat Imam Syafi’i…..”, “Ya Allah, berkat para wali dan shâlihin….”.
4. Tawasul di Masa Hidup Nabi
Dikisahkan bahwa sahabat Dharir yang menderita sakit mata memohon kepada Rasulullah SAW agar diberi kesembuhan.
Kemudian Rasulullah menyuruhnya untuk membaca doa berikut:
“اللّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ مُحَّمَدٍ نَبِىِّ الرَّحْمَةِ إِنِّيْ تَوَجَّهْتُ بِكَ إِلَى رَبِّيْ فِيْ حَاجَتِيْ هَذِه لِتُقْضَى لِيْ اللَّهُمَّ فَشَفِّعْهُ فِيَّ
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon dan berdoa kepada-Mu dengan (bertawasul dengan) Nabi-Mu, Muhammad, Nabi yang penuh kasih sayang.
(Duhai Rasul) sesungguhnya aku telah bertawajjuh kepada Tuhanku dengan (bertawasul dengan)mu agar hajatku ini terkabul. Ya Allah, terimalah syafaat beliau untukku”. (HR Tirmidzi, an-Nasâ’I, al-Baihaqy dengan sanad shahih).
Dalam hadis tersebut sahabat Dharir bertawasul dengan Nabi Muhammad SAW bahkan atas rekomendasi beliau sendiri.
Ini menunjukkan tawasul dengan orang shalih yang masih hidup diperbolehkan.
5. Tawasul dengan Nabi Usai Beliau Wafat
Dalam sebuah hadis disebutkan:
عَنْ سَيِّدِنَا عَلِيْ كَرَّمَ الله وَجْهَهُ أَنَّ سَيِّدِنَا ُمُحَّمَدٍ لَمَّا دَفَنَ فَاطِمَةَ بِنْتَ أَسَدْ أُمَّ سَيْدِنَا عَلِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ اللّهُمَ بِحَقِّيْ وَحَقِّ الْأَنْبِيَاءِ مِنْ قَبْلِيْ اغْفِرْ لِأُمِّيْ بَعْدَ أُمِّيْ رواه الطبراني وأبو نعيم وابن حجر الهيثمي
“Dari Sayidina ‘Ali kw. Sesungguhnya Sayidina Muhammad SAW tatkala Fathimah binti Asad, ibu Sayidina ‘Ali dimakamkan, beliau SAW berdoa :
“Ya Allah, dengan (perantara) hakku dan hak para Nabi sebelumku, ampunilah ibu setelah ibuku (Fathimah bint Asad). (HR at-Thabrâny, Abu NU’aim, al-Hatsamy)”
Dalam hadis tersebut Rasulullah bertawasul dengan para Nabi sebelum beliau.
Ini menunujukan bahwa tawasul dengan orang yang telah meningal juga pernah diajarkan oleh Rasul SAW.
6. Tawasul dengan Orang Saleh yang Masih Hidup
Anas ibn Malik meriwayatkan sebuah hadis:
عَنْ أَنَسْ بِنْ مَالِكْ أَنَّ عُمَرَ كَانَ إِذَا قُحِطُوْا اسْتَسْقَى بِالْعَبَّاسِ بِنْ عَبْدِ الْمُطَلِّبِ فَقَالَ اللّهم إِنَّا كُنَّا نَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّنَا فَتَسْقِيْنَا َوإِنَّا نَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِعَمِّ نَبِيِّنَا فَاسْقِنَا قَالَ فيُسْقَوْنَ أخرجه البخاري .
“Dari Anas bin Mâlik ra. sesungguhnya Umar ibn al-Khathâb apabila masyarakat mengalami paceklik meminta hujan dengan (tawasul dengan) al-‘Abbâs ibn ‘Abdil Muthallib dengan mengatakan :
“Ya Allah, sesungguhnya dahulu ketika berdoa kepada-Mu kami bertawasul dengan Nabi-Mu. Engkaupun menurunkan hujan kepada kami. Dan sekarang kami berdoa kepadamu dengan bertawasul dengan paman Nabi-Mu, maka berilah kami hujan.” Anas mengatakan : “Kemudian mereka diberi hujan.” (HR Bukhari).
Dalam hadis di atas Sayidina Umar bertawasul dengan Sayidina ‘Abbas.
Menurut Ibn Hajar al-‘Asqalany dalam Fathul Bari Syarh al-Bukhari, hadis di atas menunjukkan terjadinya tawasul dengan Nabi SAW dan diperbolehkan tawasul dengan orang-orang saleh baik dari kalangan Ahlul Bait (habaib) maupun lainnya.
7. Tawasul dengan Orang Saleh yang Sudah Meninggal
Tawasul dengan orang saleh yang telah meninggal sudah dilakukan para ulama, di antaranya:
Pertama, Al-Khathîb dalam kitab tarikh-nya menceritakan dari ‘Ali ibn Maimun bahwa Imam Syafi’i pernah berkata :
إِنِّي لَأَتَبَرَّكُ بِأَبِيْ حَنِيْفَةَ وَأَجِيْئُ إِلَى قَبْرِهِ فِيْ كُلِّ يَوْمٍ – يَعْنِيْ زَاِئرًا- فَإِذَا عَرَضَتْ لِيْ حَاجَةٌ صَلَّيْتُ رَكْعَتَيْنِ وَجِئْتُ إِلَى قَبْرِهِ وَسَأَلْتُ اللهَ تَعَالى الْحَاجَةَ عِنْدَهُ فَمَا يَبْعَدُ عَنِّيْ حَتَّى تُقْضَى
“Sesungguhnya aku bertabarruk dengan Abi Hanifah dan datang ke kuburnya – yakni ziarah kubur.
Apabila aku mempunyai hajat, maka aku shalat sunnah 2 rakaat kemudian datang ke kuburan beliau dan meminta hajatku kepada Allah. Tidak lama kemudian hajatku pun terpenuhi”.
Kisah tersebut menunjukkan bahwa Imam Syafi’i bertawasul dengan Abi Hanifah.
Hal ini sebagaiman keterangan tegas Imam Ibn Hajar dalam al-Khairat al-Hisan fi Manaqib al-Imam Abi Hanifah an-Nu’man.
Kedua, Imam ad-Dzahaby dalam Tadzkirah al-Huffâdh mengisahkan, tatkala Sofwan ibn Sulaim disebutkan di depan Imam Ahmad ibn Hanbal, beliau berkomentar :
هَذَا رَجُلٌ يَنْزِلُ الْقَطَرُ مِنَ السَّمَاءِ بِذِكْرِهِ
“Ini adalah lelaki yang hujan dapat turun dari langit dengan (perantara) menyebut namanya”.
Ucapan Imam Ahmad ibn Hanbal di atas membuktikan bahwa beliau termasuk pendukung berat praktik tawasul.
8. Tawasul dengan Kemuliaan
Tawasul dengan jah (kemuliaan dan kedudukan) seseorang di sisi Allah diperbolehkan. Berdasarkan doa sahabat Dharir :
“اللّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ مُحَّمَدٍ نَبِىِّ الرَّحْمَةِ إِنِّيْ تَوَجَّهْتُ بِكَ إِلَى رَبِّيْ فِيْ حَاجَتِيْ هَذِه لِتُقْضَى لِيْ اللَّهُمَّ فَشَفِّعْهُ فِيَّ
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon dan berdoa kepada-Mu dengan (bertawasul dengan) Nabi-Mu, Muhammad, Nabi yang penuh kasih sayang.
(Duhai Rasul) sesungguhnya aku telah bertawajjuh kepada Tuhanku dengan (bertawasul dengan) derajatmu agar hajatku ini terkabul. Ya Allah, terimalah syafaat beliau untukku”.
Menurut Syeikh ibn ‘Allân dalam Faidul Qadir, kata bika yang terdapat dalam doa di atas bermakna derajatmu sehingga menurut para ulama yang dimotori ‘Izz ibn ‘Abdissalam tawasul dengan jah termasuk bagian dari ajaran agama.
Itu dia Moms bacaan tawasul untuk mendakatkan diri kepada Allah SWT. Semoga bermanfaat, ya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar