TAWASSUL

TINJAUAN UMUM TENTANG TAWASSUL


A. Pengertian Tawassul 
1. Tinjauan Etimologi Dari kacamata bahasa, tawassul berawal dari fi’il madhiwassala, menurut arti etimologi (bahasa-lughoh) mempunyai arti al-qurbah atau al-taqarrub (التقرب ,(artinya mendekatkan diri dengan suatu perataraan (wasilah).Wasilah bermaksud “perantara”, dalam bahasa Arab adalah isim dari kata kerja “wasala ilahi bikadza, yasilu, wasilatan fahuwa wasilun” artinya, mendekatkan diri dan mengharapkan. Dan dari kata itu terbentuk kata “ma yutaqarrabu bihi ila al- ghairi” artinya, sesuatu yang bisa mendekatkan diri pada hal yang lain.

Maka dari kata wasilah itulah masyarakat kita lebih mengenal dengan kata tawassul. Jadi tawassul adalah mendekatkan diri dengan suatu perantaraan (wasilah) atau menjadikan sesuatu yang menurut Allah mempunyai nilai, derajat dan kedudukan yang tinggi, untuk dijadikan sebagai perantaraan (wasilah) agar doa dapat dikabulkan.2Sedangkan untuk orang yang melakukan tawassul disebut dengan mutawassil bentuk plural dari kata wasil.Dari kata-kata itulah kemudian praktek tentang wasilah biasa pula dikenal dengan istilah tawassul. Jadi, jika kata tawassul disebutkan, maka ia jelas memiliki hubungan yang sangat erat dengan kata wasilah, karena ia merupakan bentuk isim masdar dari kata tawassala. 

Sedangkan M. Nashiruddin al-Albani menjelaskan bahwa kata tawassul adalah merupakan sebuah kata yang murni berasal dari bahasa Arab asli, yang ia diucapkan oleh al-Qur’an, Hadis, pembicaraan orang Arab sehari-hari, di dalam sya’ir ataupun prosa, yang ia sendiri memiliki arti mendekat kepada yang akan dituju dan mencapainya dengan usaha yang sangat keras. Ibn Atsir sendiri, seperti yang telah dinukilkan oleh al-Albani, dalam kitabnya yang berjudul al-Nihayah mengartikan wasilah secara bahasa adalah merupakan sebuah pendekatan, perantara dan sesuatu yang bisa dijadikan untuk menyampaikan serta mendekatkan kepada suatu hal.

Al-Fairuzabadi lebih spesifik lagi dalam mengartikan kata tawassul.Ia melihat bahwa tawassul adalah merupakan sebuah bentuk amalan yang diamalkan, yang dengannya seseorang (yang telah melakukan amalan tersebut) dapat mendekatkan diri kepada-Nya. Sedangkan amalan tersebut menurut Al- Fairuzabadi dikatakan sebuah perantaraan.5 Ibnu Manzhur berkata, al-Wasilah bermakna al-qurbah yaitu pendekatan.وسیلة الله إلى فلان وسل” Si fulan berperantara kepada Allah dengan suatu wasilah”, yaitu melakukan suatu perbuatan untuk mendekatkan diri kepada-Nya. وسیلة إلیھ وتوسل” Bertawassul kepada-Nya dengan suatu wasilah”. Yaitu mendekatkan kepada-Nya dengan suatu amal.


Ar-Raghib al-Ashfahani berkata, hakikat dari wasilah kepada Allah swt.adalah memperhatikan jalan-Nya dengan ilmu dan Ibadah, serta menapaki kemuliaan syariaat seperti taqarrub.7 Jadi tawassul adalah mendekatkan diri dengan suatu perantaraan (wasilah) atau menjadikan sesuatu yang menurut Allah mempunyai nilai, derajat dan kedudukan yang tinggi, untuk dijadikan sebagai perantaraan (wasilah) agar doa dapat dikabulkan. 

2. Tinjauan Terminologi 
Tawassul adalah mewujudkan perantaraan bagi menyampaikan kepada sesuatu maksud dan tidak mungkin seseorang sampai kepada maksud yang hendak ditujuinya kecuali melalui perantara atau wasilah yang sesuai dengannya.Dalam hal tawassul kepada Allah swt.bermaksud menggunakan peraturan yang boleh mencapai keredhaan dan pahala daripada Allah swt. Ia merupakan antara perkara yang diusahakan untuk melakukannya oleh setiap orang yang beriman kepada Allah swt. dengan menggunakan cara-cara dan sebab- sebab yang sesuai yang boleh menyampaikan kepada Allah swt. Sebagaimana firman Allah swt:

 یَٰٓأَیُّھَاٱلَّذِینَ ءَامَنُواْٱتَّقُواْٱللَّھَوَٱبۡتَغُوٓاْإِلَیۡھِٱلۡوَسِیلَةَ 

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan carilah wasilah (perantara) untuk mendekatkan diri kepada-Nya

Wasilah yang disebutkan di dalam ayat di atas membawa maksud jalan yang boleh mendekatkan diri kepada Allah swt.dengan melakukan perkara yang dicintai dan diredhai-Nya, sama ada berbentuk perkataan, perbuatan, amalan maupun niat.

Menurut terminologi syariat wasilah adalah amalan yang dipersembahkan seorang hamba mukmin saat menyampaikan keinginannya, untuk dijadikan perantara sehingga keinginannya tercapai.wasilah adalah mendekatkan diri kepada Allah swt. dengan amalan shalih demi mendekatkan diri kepada-Nya, meraih derajat disisi-Nya, atau untuk memenuhi hajat, mendapatkan manfaat dan terhindar dari mara bahaya.

Wasilah Syar’i memiliki tiga pondasi: 
  1. Mutawassal ilahi, yaitu Allah swt yang memiliki karunia dan nikmat. 
  2. Wasil atau mutawassil, yaitu hamba yang lemah, memerlukan bantuan dan pertolongan, memohon agar bias dekat dengan Allah swt., ingin hajatnya terkabul, mendapatkan manfaat dan terhindar dari mara bahaya. 
  3. Mutawassal bihi, yaitu amal shalih untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. inilah yang disebut wasilah.
Menurut Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz adalah ibadah yang dengannya dimaksudkan tercapainya keredhaan Allah swt. dan surga. Karena itulah kita berkata, bahwa seluruh ibadah adalah wasilah (sarana) menuju keselamatan dari api neraka dan kebahagiaan masuk surga.12 Menurut Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya wasilah adalah sarana yang mengantarkan pada percapaian tujuan. Wasilah juga merupakan alam (nama tempat) yang berada paling tinggi di surga, yang merupakan kedudukan dan tempat tinggal Rasulullah saw. di surga. Itulah tempat di surga yang paling dekat dengan ‘Arsy. Di dalam shahih al-Bukhari telah ditegaskan melalui jalan Muhammad bin al-Munkadir, dari Jabir bin ‘Abdillah, ia berkata Rasulullah saw. bersabda:

حَدَّثَنَا عَلِىُّ بْنُ عَیَّاشٍ قَالَ حَدَّثَنَا شُعَیْبُ بْنُ أَبِى حَمْزَةَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهَّ ِ أَنَّ رَسُولَ اللهَّ ِ صلى الله علیھ وسلم قَالَ مَنْ قَالَ حِینَ یَسْمَعُ النِّدَاءَ اللَّھُمَّ رَبَّ ھَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِیلَةَ وَالْفَضِیلَةَ وَابْعَثْھُ مَقَامً ا  مَحْ مُودًا الَّذِى وَعَدْتَھُ ، حَلَّتْ لَھُ شَفَاعَتِى یَوْمَ الْقِیَامَةِ .

‘Barang siapa   yang mendengar seruan azan dan mengucapakan, ya Alloh Rabb pemilik seruan yang sempurna ini dan shalat yang akan didirikan ini, karuniakanlah kepada Muhammad wasilah dan keutamaan, serta anugrahkanlah kepadanya tempat terpuji yang telah Engkau janjikan kepadanya.’ Maka ia berhak mendapatkan syafa’at pada hari kiamat kelak”.

Menurut Yahya Zainul Ma’arif atau lebih dikenali dengan Buya yahya dalam ceramah beliau tentang menyingkapi kesalahpahaman tentang tawassul. Beliau berkata tawassul ini tidak dipermasalahkan dari masa ke semasa, terjadinya kesalahpahaman dalam tawassul karena salah dalam memahami definisi tawassul yang sesungguhnya, tawassul terbagi kepada dua, yaitu: 
  • Tawassul dengan doa, yaitu kita pergi kepada orang yang dianggap soleh dan minta kepada orang soleh tersebut agar mendoakan kita. 
  • Berdoa dengan tawassul, yaitu kita berdoa kepada Allah swt. dengan membawa sesuatu yang di muliakan oleh Allah swt. 
Menurut Yusuf Al-Qaradhawi tawassul adalah mengambil perantara bagi mencapai sesuatu tujuan.Sesuatu tujuan itu tidak dapat dicapai melainkan dengan perantaraan yang betul.Tawassul kepada Allah swt.adalah bertawassul bagi mendapat keredhaan dan ganjaran yang baik. Keredhaan ini diperoleh oleh semua orang yang beriman kepada Allah swt., iaitu dengan mengambil semua cara dan sebab yang dapat mencapai ke arah keredhaan itu. Sebagaimana Allah jelaskan dalam al-Qur’an surah al-Maidah ayat 35.Perantara atau wasilah yang dinyatakan dalam ayat tersebut adalah kaedah bagi mendekatkan diri kepada Allah swt., melalui cara yang disukai dan diredhai-Nya, sama ada melalui percakapan, perbuatan, dan niat yang betul. 

Menurut Ibnu Taimiyah, tawassul adalah mencari wasilah melalui Rasul saw.dalam perbincangan para sahabat, maksudnya adalah tawassul melalui doa dan syafaatnya. Berbeda dengan tawassul dalam perbincangan kebanyakan orang sekarang yang maksudnya berdoa melalui beliau seperti berdoa melalui nabi-nabi lain atau orang-orang soleh. Dengan demikian, tawassul melalui Rasul saw itu dimaksudkan dua arti berdasarkan kesepakatan umat Islam dan satu arti yang tidak terdapat dalam al-Sunnah. Dua arti tersebut adalah:
  • Sebagai pokok iman dan Islam, yakni mengimani Rasul saw. dan menaatinya. 
  • Tawassul melalui doa dan syafaat beliau. 
B. Sejarah Tawassul. 
Istilah atau perbuatan tawassul ini bukan sesuatu yang baru atau rekaan semata-mata, akan tetapi istilah dan perbuatan tawassul ini telah ada dari dulu lagi sebagaimana dalam al-Quran Allah menceritakan tentang tawassul saudara-saudara Nabi Yusuf kepada ayahnya Nabi Ya’qub as. 

قَالُواْ یَٰٓأَبَانَا ٱسۡ تَغۡ فِرۡ ِٔ لَنَا ذُنُوبَنَآ إِنَّا كُنَّا خَٰ طِ ینَ قَالَ ۥ سَوۡ فَ أَسۡ تَغۡ فِرُ لَكُمۡ رَبِّيٓۖ إِنَّھُ ھُوَ . ُیمِٱلرَّحُورُفَغۡٱل  

“Mereka berkata: ‘Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)’. Ya’qub berkata: ‘Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Rabbku. Sesungguhnya Allah lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang’.” 

Daripada ayat al-Qur’an ini jelas bahwa tawassul itu telah ada dari dulu lagi., dan amalan tawassul ini tidak pernah dilarang oleh Nabi saw., para sahabat dan ulama-ulama setelahnya, sehinggalah datangnya Ibnu Taimiyah yang mempermasalahkan amalan tawassul ini, dan mengatakan amalan tawassul itu bid’ah. 

Sebagaimana yang dikatakan Imam As-Suyuti dalam kitabnya Faidhul Qadir Syarah Jami’ al-Shahir al-Basyir wa al-Nazir. Berkata Imam Subki. “Tawassul mintatolong dan minta syafaat kepada Allah melalui Nabi saw. adalah baik dan tidak ada satu pun ulama salaf dan khalaf yang mengingkarinya, hingga datanglah Ibnu Taimiyah yang mengingkarinya, menganggap tawassul itu berpaling dari jalan yang lurus serta membid’ahkannya, padahal tidak ada seorang alim pun sebelumnya yang berkata seperti itu”.

Orang-orang jahiliyah dahulu memalingkan sebagian ibadah tadi kepada selain Allah swt, mereka ber-i'tiqad bahwa para wali itu baginya mempunyai pangkat dan kedudukan yang tinggi disisi Allah swt.Dan mereka mangangkat hajat-hajatnya kepada Allah swt.seperti: Lata yang disernbah selain Allah di Thaif, padahal (sebenarnya) sebelum meninggal dunia ia adalah seorang yang memberikan suatu manfaat kepada manusia dan para jamaah haji pada khususnya. Dulu ia membuat adonan kueh yang dicampur dengan minyak samin, lalu ia menyuguhkannya untuk mereka. Ketika ia meninggal dunia, maka urusannya menjadi seperti orang besar yang berpengaruh dimana orang-orang beri'tiqad bahwa ia mempunyai kelebihan dan kebaikan. Maka orang-orang yang hidup dizamannya ikut berduka cita lalu mereka berulangkali datang ke makamnya kemudian mereka membangun diatasnya suatu bangunan.Dan kemudian mereka bertawassul dengannya, mengelilingi kuburannya dan memohon kepadanya agar diselesaikan hajatannya serta dibebaskan dari kesulitan-kesulitannya19. Seperti halnya juga yang diminta kepada Uzza dan Manat, seperti mana yang difirmankan oleh Allah swt.: 

Maka  apakah  patut kamu  ( hai orang-orang musyrik ) menganggap al lata  dan al Uzza.Dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah).Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan.Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil. Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengadakannya; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah)nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka

Dan dengan ini, mereka itu mengetahui bahwa orang-orang yang dimintai itu tidak dapat menciptakan apapun di dunia ini, bahkan mereka tidak memiliki rezki, kehidupan, kematian dan tidak mempunyai urusan apapun.21 Oleh karena itu Allah berfirman tentang orang-orang musyrikin:

“Katakanlah: Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka katakanlah: Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?.”

Maksudnya, selama kalian sudah tahu bahwa pelaku ini semuanya adalah Allah, mengapa kalian tidak bertaqwa kepada Allah swt. Sehingga kalian mengesakan-Nya dalam doa kalian seperti halnya kalian mengesakan-Nya dalam ciptaan-ciptaan-Nya.

Maka perbedaan tawassul orang-orang jahiliah dengan orang Islam adalah mereka orang-orang jahiliah menjadikan wasilah itu sesembahan atau berhala, tetapi orang-orang Islam mereka bertawassul atau memohon pertolongan kepada Allah swt.dengan menyebut wasilah dalam doanya atau meminta wasilah mendoakan dirinya, sebagaimana bertawassul kepada orang soleh, yaitu meminta orang soleh mendoakan apa yang dihajati diri kita. Mereka tidak menjadikan wasilah itu sesembahan, tetapi hanyalah sebagai perantaraan karena kedudukan wasilah itu yang dekat dengan Allah swt.Jika umat Islam menjadikan selain Allah itu sesembahan, maka itu nyata dan jelas kesyirikan yang dilakukan. 

C. Hakikat Tawassul 
Banyak orang salah memahami hakikat tawassul, sesungguhnya orang-orang yang berdoa dengan tawassul pada hakikatnya adalah bukan menyekutukan Allah swt.dengan yang lain, mereka ini percaya penuh bahwa hanya Allah swt. yang berkuasa atas segala sesuatu, selain Allah itu tiada kuasa yang mampu mengubah apa- apa pun melainkan dengan izin Allah swt. Banyak sekali dari para pengkritik atau orang-orang yang anti tawassul tidak memahami hakikat tawassul yang sesungguhnya. Hakikat tawassul itu adalah:
  • Sesungguhnya tawassul adalah salah satu cara berdoa dan salah satu pintu menghadap Allah swt., pokok yang dituju hakikatnya adalah Allah swt. Sesuatu yang dijadikan wasilah tidak lain hanyalah perantara untuk mendekatkan kepada Allah swt, dan barang siapa yang menyakini selain itu, maka sesungguhnya ia telah musyrik. 
  • Orang yang melakukan tawassul tidaklah menggunakan perantara ini, kecuali karena kecintaan terhadap perantara itu dan keyakinannya bahwa Allah swt. mencintai perantara trersebut. Sekiranya yang terjadi tidak sesuai dengan itu, maka orang yang bertawassul itu adalah orang yang paling jauh dari perantara itu dan orang yang paling dibenci. 
  • Sekiranya orang yang bertawassul berkeyakinan bahwa orang yang dijadikan perantara kepada Allah swt. dapat memberi manfaat dan menolak kemudharatan dengan sendirinya seperti Allah, maka sungguh dia telah musyrik.
  • Sesungguhnya tawassul buka suatu keharusan dan juga bukan kewajiban yang harus dilaksanakan. Pada dasarnya, tawassul adalah berdoa kepada Allah swt. secara mutlak. 
Bertawassul dengan Nabi, waliyullah dan ulama adalah sebagai sebab yang dapat mendekatkan doanya dikabulkan oleh Allah swt. Sehingga dari sini menjadi jelas hakikat yang tampak dalam bertawassul sama sekali tidak terdapat unsur-unsur yang menyebabkan kesyirikan, yang menyebabkan terjerumusnya pengamal tawassul dalam kesyirikan adalah jika mereka meyakini perantara itu yang dapat memberi manfaat dan menjauhkan dia dari mudharat.

Menurut Ibnu Taimiyah tawassul adalah syafaat yakni mengimani Muhammad saw. dan mengikuti ajarannya merupakan kewajiban setiap orang. Tidak ada jalan untuk sampai kepada rahmat dan keselamatan-Nya kecuali melalui tawassul dengan mengimani Rasul saw. dan mengikuti ajarannya. Beliau itu pemberi syafaat dan pemilik tempat terpuji yang diimpikan semua orang.Beliau pemberi syafaat terbesar dan tertinggi kedudukannya di sisi Allah swt. 

Muhammad saw merupakan yang paling tinggi kedudukannya di antara para nabi dan rasul. Syafaat dan doa Rasul saw itu hanya berguna bagi orang yang diberi syafaat. Barangsiapa yang diberi syafaat dan doa, ia sudah tawassul kepada Allah swt melalui syafaat dan doanya. Hal ini sama seperti yang dilakukan para sahabat melalui doa dan syafaatnya. Demikian pula manusia di hari kiamat, tawassul kepada Allah swt dengan doa dan syafaat beliau. 

Kata tawassul di kalangan sahabat umumnya digunakan dalam pengertian di atas. Sementara tawassul dengan syafaat dan doa Rasulullah saw. hanya akan membantu bila diiringi iman kepadanya. Sedangkan tanpa mengimaninya, seperti orang kafir dan orang-orang munafiq, tidak perlu diberi syafaat di akhirat. Karena itulah, Rasul saw dilarang memintakan ampunan untuk paman dan bapaknya atau untuk orang-orang kafir dan orang-orang munafik lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar