Pandangan bahwa sholat adalah mikrajnya kaum beriman merujuk pada pendapat yang kedua, yakni bermi`raj secara spiritual. Sholat yang khusyu` dimungkinkan dapat mengantarkan orang mukmin berjumpa, ber muwajahah, ber muhawarah dan ber munajat, berkomunikasi secara intens dengan Allah Subhanahu Wa Ta'ala Bagaimana caranya?
Imam Gazali dalam Ihya `Ulumuddin menyebut enam makna batin yang dapat menyempurnakan makna sholat, yaitu
- Kehadiran hati,
- Kefahaman,
- Ta'zim, mengagungkan Allah,
- Segan, haibah,
- Berharap, raja, dan
- malu.
Yang dimaksud dengan kehadiran hati (hudur al qalb) dalam sholat ialah bersihnya hati dari hal-hal yang tidak semestinya terlintas di dalam sholat, sinkron antara apa yang diucapkan dalam sholat dengan apa yang difikirkan.
Yang dimaksud dengan kefahaman, tafahhum, adalah faham terhadap makna dari apa yang diucapkan dalam sholat. Kefahaman akan makna yang dibaca akan dapat membantu menghadirkan hati.
Yang dimaksud dengan ta`zim ialah sikap hormat kepada Allah. Ta`zim merupakan buah dari dua pengetahuan, yaitu pengetahuan penghayatan atas kebesaran Allah dan kesadaran akan kehinaan dan keterbatasan dirinya sebagai makhluk.
Yang dimaksud dengan haibah ialah perasaan takut kepada Allah yang bersumber dari kesadaran bahwa kekuasaan Allah itu amat besar dan efektif serta menyadari bahwa hukum Allah atau sunnatullah itu pasti berlaku. Oleh karena itu ia sangat takut melanggar hukun-hukumnya, karena akibatnya merupakan satu kepastian.
Yang dimaksud dengan raja’, penuh harap, adalah selalu berfikir positif bahwa Allah Maha lembut dan luas kasih sayangNya. Di dalam sholat, perasaan harap dan cemas silih berganti, cemas takut melanggar, dan berharap memperoleh rahmatNya.
Sedangkan perasaan malu, haya’ kepada Allah bersumber dari kesadaran akan banyaknya kekurangan pada dirinya dalam menjalankan ibadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala..Menurut Imam Gazali, jika ke enam hal itu berkumpul pada orang sholat, maka hatinya akan menjadi khusyu` karena seluruh cita rasanya, seluruh kesadarannya, tertuju hanya kepada Yang Satu, Yang Maha Agung, yang dihormati, ditakuti, tapi menjadi tumpuan harapannya. Aisyah pernah menceriterakan bahwa di luar sholat, Nabi biasa berbincang-bincang akrab dengan siapapun, tetapi ketika sedang sholat, beliau seakan-akan tidak mengenal orang lain, dan Aisyahpun bersikap seperti tidak mengenal beliau.
Khusyu akan mudah dicapai oleh orang yang lurus pandangan hidupnya, karena kekeliruan pandangan hidup akan menyulitkan pemusatan perhatian dalam beribadah. Kelezatan bermunajat hanya dimiliki oleh orang yang sudah tidak lagi mencintai harta benda duniawi, karena seperti yang dikatakan oleh al Gazali bahwa orang yang masih bergembira dengan harta benda, apalagi yang masih mencampur adukkan kebaikan dengan keburukan, ia tidak dapat bergembira dalam bermunajat kepada Allah. Cinta harta dan cinta kepada akhirat tidak bisa menyatu dalam satu wadah.
Wassalam, Suci Olivia
Fenomena Ka'bah dan Baitullah.
Apakah kita orang yang tahu dan kenal dengan RAHASIA KIBLAT kita yang sebenarnya, apakah kita termasuk yang mengerti dan faham akan hakikat Ka'bah dan Baitullah, atau sebaliknya kita adalah orang yang masa bodoh dengan itu semua.
KA'BAH adalah bangunan bersegi empat yang dibina oleh Nabi Ibrahim.As, yang terbuat oleh unsur-unsur dunia dan dapat dilihat oleh mata manusia,baik ia islam atau non islam, berada dikota Mekkah al Mukarramah,SAUDI ARABIA.
BAITULLAH adalah Bait=rumah , Allah=Tuhan, artinya Rumah Tuhan. Rumah Tuhan tidak lah mungkin manusia yang membuatnya, walaupun Ia seorang Nabi Allah, Nabi Ibrahim Hanya membuat Ka'bah atas perintah Allah sebagai pedoman atau tanda ADANYA BAITULLAH, tanda adanya Ka'bah adalah Maqam Ibrahim,hajar aswad dan hijr ismail.
Ka'bah adalah Arah Kiblat ketika kita melakukan peribadatan sedangkan Baitullah adalah Tempat kita melakukan peribadatan, ka'bah arah kiblat,baitullah tempat shalat...
Berdoalah Untuk Kedua Orang Tua
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Pada malam ini saya ingin mengingatkan, sudahkah kita berdoa untuk kedua orang tua kita? Kalau kedua orang tua kita bangun dikeheningan malam untuk memanjatkan doa merupakan hadiah yang terindah untuk kita sebagai putranya, tidakkah kita merasa malu bila tidak menyebut nama kedua orang tua kita dalam bisik lirih dengan khusyuk dihadapanNya?
Kalaulah selama ini ini doa untuk beliau, kita ucapkan diakhir permohonan, sekarang saatnya untuk menyebut nama kedua orang tua diawal kata penuh pengharapan, memohon ampunan kepada Allah untuk beliau.
Bila beliau telah tiada jadikanlah ketiadaan beliau bukan sebagai akhir bakti kita sebagai anaknya. Jadikan ketakbersamaan itu sebagai awal kita agar hati kita selalu berbisik, memohon ampun untuk beliau. agar bibir kita senantiasa bergerak memohon rahmat bagi beliau, agar mata ini selalu basah disaat jutaan manusia tengah terlelap dalam kelam, demi memohon surga untuk beliau yaitu kedua orang tua kita.
Allahuma firli wa liwaalidayya warhamhumaa kama robbayaanii shoghiro artinya Ya Allah ampunilah dosa2 kami dan dosa kedua kedua orang tua kami, sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangi kami diwaktu kecil.
Raihlah Keberkahan!
Raihlah keberkahan, karena hidup berkah akan selalu cukup dan kecukupan itu akan memperoleh keberkahan. Banyak orang yang meninggal dunia dalam keadaan merugi sebelum terwujudnya impian, belum sempat untuk beramal karena sibuk mengejar harta. Gemerlap dunia ibarat meminum air laut semakin banyak diminum semakin menambah rasa haus dan tidak pernah merasa cukup terhadap apa yang sudah dimiliki.
Orang yang tidak pernah puas maka ia tidak akan pernah bahagia. Hidupnya menjadi tidak berkah dan menderita. Namun orang yang merasa cukup dengan apa yang dimiliki maka Allah memberikan karuniaNya yang berlimpah. 'Barangsiapa yang memasrahkan kebutuhannya kepada Allah, niscaya Dia akan mendatangkan kepadanya rizki dengan segera atau menunda kematiannya.' (HR. Ahmad).
Bila hidup kita berkah, akan selalu merasa cukup dan bila kita kita merasa berkecukupan maka kita memperoleh keberkahan. 'Sesungguhnya Allah yang Maha Luas karuniaNYa lagi Maha Tinggi, akan menguji setiap hambaNya dengan rizki yang telah Dia berikan kepadanya. Barangsiapa yang ridha dengan pemberian Allah maka Allah akan memberkahi dan melapangkan rizki untuknya dan barangsiapa yang tidak ridha niscaya rizkinya tidak diberkahi (HR. Ahmad).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar