Jendral Wiranto kehilangan putranya

Ahmad Albar kehilangan putra sulungnya 

pada Rabu, 29 Agustus 2018. Pada usia 34 tahun

Iwan fals kehilangan putra sulungnya 

pada 25 April 1997 saat usia 15 tahun

Kisah Putra Bungsu Wiranto yang Meninggal Dua Bulan Usai Nikahi Pilot Afsel Berdarah Makassar

Alief Sappewali : Sabtu, 17 November 2018 19:19

Putra bungsu Wiranto, Zainal Nur Rizki semasa hidup.
Meninggalnya cucu bernama Achmad Daniyal Alfatih (15 bulan) adalah duka ketiga bagi keluarga Menko Polhukam Wiranto. Sebelumnya, dua anaknya berpulang di usia muda.

Seorang putrinya bernama Natarina Sofianti meninggal enam hari setelah dilahirkan pada Oktober 1978. Saat anaknya meninggal, Wiranto tengah bertugas di daerah konflik Timor Timur, tepatnya pada Oktober 1978. Sedangkan istri dan anaknya berada di Malang.

Wiranto bercerita, saat itu, Natarina tersedak hingga wajahnya membiru, padahal sebelumnya kondisi kesehatan Natarina baik-baik saja. Natarina meninggal pada saat perjalanan ke rumah sakit.

"Mobil-mobil militer nggak ada. Terpaksa pakai becak. Sebelum sampai rumah sakit sudah meninggal," kata Wiranto kepada wartawan usai pemakaman di Delingan, Karanganyar, Jumat (16/11/2018).

Duka kedua saat putra satu-satunya, Zainal Nur Rizki meninggal dalam usia 23 tahun di Johannesburg, Afrika Selatan. Dia meninggal saat sedang menempuh pendidikan di Darul Uloom Zakariyya, Johannesburg jurusan tafsir Alquran.

Semasa hidupnya, Zainal tergolong sangat sederhana. Sebagai anak jenderal, dia jauh dari kesan pongah, sombong, dan borjuis. Dia memilih untuk merantau. Seakan menjauh dari stereotipe seorang anak jenderal.

Zainal terbang ke Afrika Selatan pada 2011. Bukan untuk mengabdi sebagai tentara seperti ayah atau pejabat negara. Dia ke Afrika Selatan untuk memperdalam ilmu agama Islam perguruan tinggi ilmu agama Islam Darul Uloom Zakariyya, Johannesburg.

Sebelum kuliah, Zainal dikenal cerdas sejak sekolah di SD Al Azhar lalu SMP Sudirman, kemudian pindah ke SMP di Sentul Boarding School, Bogor. Bangku SMA dihabiskan di Lab School, Rawamangun, Jakarta Timur. Zaenal akhirnya lolos dan menjadi mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta.

Di UGM, Zainal mengambil jurusan hukum internasional. Namun, hanya satu semester, Zainal memilih kembali ke Jakarta dan ikut sang kakak iktikaf di beberapa masjid.

"Ia mengambil keputusan, lebih baik mendalami agama dulu karena merasa ada yang salah selama ini dalam hidupnya," cerita Wiranto mengenang anaknya beberapa waktu lalu.

Selain melahap ilmu-ilmu Islam, setiap hari Zainal menghafal hadis, belajar bahasa Urdu dan Arab. "Selepas lulus SMA, langsung tertarik dahwah dan bergabung dengan sebuah komunitas dakwah. Satu komunitas dengan mantan personel Sheila on Seven, Sakti," kata sang ibunda, Rugaiyah Usman.

Zainal meninggal dua bulan setelah menikah. Dia menikah di Afrika Selatan pada 13 Maret 2013. Lalu, meninggal pada 29 Mei 2013 setelah sempat demam tinggi.

Zainal menikah dengan gadis berdarah Indonesia yang sudah menjadi warga negara Afrika Selatan. "Nama istrinya Salsabila. Ibunya asli Ujung Pandang, ayahnya dari Solo," jelas Uga.

Menantu Wiranto itu putri seorang pilot maskapai internasional. Wiranto sempat mengira anaknya hanya demam biasa. Ternyata sakit itu cukup parah hingga membuatnya meninggal dunia. Sempat masuk rumah sakit. Dua hari kemudian, dia mengembuskan napas terakhir.

"Akhirnya, kami pun harus merelakannya menghadap kepada Yang Kuasa," tutur Wiranto yang juga pendiri Partai Hanura.

Sebelum meninggal, Zainal berencana pulang ke Indonesia. Tiket pulang ke Indonesia yang sudah dibeli, tertanggal untuk jadwal penerbangan 31 Mei 2013. Ternyata pada pukul 01.00 dini hari waktu setempat atau pukul 18.00 WIB, ada kabar bahwa Zainal meninggal dunia.

"Tempatnya jauh dari Johanesburg. Masih dua jam ke Lenasia. Itu daerah pemukiman umat Islam. Kalau kita paksakan ke Tanah Air, perlu usaha ekstra keras. Kami nggak tahu bagaimana izin pengembalian jenazah di sana. Bisa keluar apa nggak," kata Wiranto.

Akhirnya keluarga memutuskan jenazah si bungsu dimakamkan di sana. Harus disegerakan. Zaenal dimakamkan di pemakaman umum muslim Lenasia, Johannesburg, Afrika Selatan.

"Kalau kelamaan tidak baik, harus dibalsem lagi. Rute pesawat terbang pun sulit. Di sana tidak ada lapangan terbang. Jadi di manapun dimakamkan tidak masalah," ujar Wiranto seperti dikutip dari Liputan6.com.

Wiranto menyebut putra satu-satunya itu telah berjuang di jalan Tuhan atau fisabilillah. Si bungsu itu, menurut Wiranto, meninggal dunia dengan berakhir baik atau husnul khatimah. Wiranto dan keluarga ikhlas dan merelakan Zainal dimakamkan di negeri orang.

"Dia meninggal dalam keadaan mulia. Anak kami lagi belajar Alquran. Katakanlah, dia meninggal dalam fisabilillah dan husnul khotimah," kata Wiranto.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar