Pada dasarnya Kematian tidak dapat diprediksi. Kematian merupakan salah satu misteri yang dirahasiakan oleh Allah SWT. Hari Jumat memiliki banyak keutamaan dan keistimewaan dibandingkan hari-hari lainnya. Hari Jumat tidak hanya memberi keberkahan pada orang-orang di dunia, tetapi juga membawa kemuliaan bagi orang yang meninggal dunia di hari itu. Pada dasarnya kematian tidak dapat diprediksi. Kematian merupakan salah satu misteri yang dirahasiakan oleh Allah SWT. Di dalam agama Islam, terdapat beberapa tanda seorang Muslim meninggal dunia dalam keadaan husnul khatimah, di antaranya yaitu wafat saat hari atau malam Jumat.
Mufti of Federal Territory Office Malaysia menjelaskan ada beberapa keutamaan ketika umat Muslim meninggal di hari Jumat. Salah satunya yakni ia akan masuk ke dalam surganya Allah SWT. Menurut hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah RA, di mana Nabi SAW bersabda:
خَيرُ يومٍ طَلَعتْ عليه الشمسُ يومَ الجُمُعةِ ، فيه خُلِقَ آدمُ ، وفِيه أُدْخِلَ الجنةَ ، وفيه أُخْرِجَ مِنها ، ولا تَقومُ الساعةُ إِلَّا في يومِ الجُمعةِ
ẖaīru īūmٍ taalaalillahi al-šmsu yūma al-hauayaatiiʿẗi , fiih kholiqaa admu , wafīh audْẖila adjalii , ufiih waqiyaa akriju minhā , ūlā taqūmussa awaa illa fii yūmi aljawamaah
Artinya:
“Hari terbaik di mana matahari telah terbit adalah hari Jumat; di atasnya Adam diciptakan. di atasnya dia dimasukkan ke surga, di atasnya dia dikeluarkan darinya. Dan jam terakhir akan terjadi pada hari lain selain hari Jumat.”
Hadits riwayat Imam al-Tirmidzi:
ما من مسلم يموت يوم الجمعة أو ليلة الجمعة إلا وقاه الله تعالى فتنة القبر
“Tidaklah seorang Muslim mati di hari atau malam Jumat, kecuali Allah menjaganya dari fitnah kubur,”. (HR. al-Tirmidzi).
Berikut ada sejumlah hadits yang menjelaskan terkait meninggal dunia di hari Jumat, antara lain:
Bebas dari Azab Kubur
Dikutip dari hadits terkait meninggal di hari Jumat yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi.
Hadits tersebut berbunyi:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- : مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلاَّ وَقَاهُ اللَّهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ (رواه الترمذي)
an abdi al-lawhi bhi amrii qalaa qalaa rasūlu al-lawhi -salillahu alaihii- wasalamm: mā minْ musْlimٍ yaamūtu yauūْma al-khoimhaatu awlaailahal illaw waqāhu al-lawhu fitْnaa al-ْqabْri (diriwayatkan at-Tarmidzi)
Hadits tersebut diriwayatkan al-Tirmidzi dari Rabi’ah bin Yusuf dari Ibnu Amr bin al-Ash. Menurut al-Tirmidzi, hadits ini tergolong gharib, tidak bersambung sanadnya, tidak pernah diketahui Rabi’ah mendengar dari Ibnu Amr.
Namun al-Thabrani menyatakan hadits tersebut muttashil (tersambung sanadnya), al-Thabrani meriwayatkannya dari Rabi’ah bin ‘Iyadl dari ‘Uqbah dari Ibnu Amr bin Ash, demikian pula diriwayatkan oleh Abu Ya’la, al-Hakim al-Tirmidzi dengan status muttashil, Abu Nu’aim juga meriwayatkannya dari Jabir dengan status Muttashil. Meski bersambung sanadnya, menurut al-Hafizh al-Mundziri, hadits tersebut tergolong dla’if (Syekh Abdurrauf al-Manawi, Faidl al-Qadir, juz 5, hal. 637).
Ada beberapa riwayat senada mengenai keutamaan wafat di hari Jumat, misalnya riwayat Humaid dari Iyas bin Bukair yang menyatakan “Barangsiapa mati di hari Jumat, ia dicatat mendapat pahala syahid dan aman dari siksa kubur,”. Namun, menurut Syekh Muhammad Anwar Syah al-Kasymiri, hadits-hadits tersebut tidak sampai kepada derajat hadits sahih. Masih menurut al-Kasymiri, andai ada riawayat sahih, maka yang mendapat keutamaan adalah orang yang meninggal di hari Jumat, bukan orang yang meninggal sebelum Jumat, kemudai baru dimakamkan di hari Jumat. Al-Kasymiri menegaskan:
ما صح الحديث في فضل موت يوم الجمعة ، ولو صح بالفرض لكان الفضل من عدم السؤال لمن مات يوم الجمعة لا من مات قبل وأخر دفنه إلى يوم الجمعة
“Tidak mencapai derajat sahih, hadits mengenai keutamaan mati di hari Jumat, bila diandaikan keshahihannya, maka keutamaan tidak ditanya malaikat diarahkan kepada orang mati di hari Jumat, bukan orang yang meninggal di hari sebelumnya dan diakhirkan pemakamannya sampai hari Jumat,”. (Muhammad Anwar Syah Ibnu Mu’azzham Syah al-Kasymiri, al-‘Arf al-Syadzi, juz 2, hal. 452).
Meski tergolong hadits dla’if, namun tetap bisa dipakai, karena persoalan ini berkaitan dengan keutamaan amaliyyah (fadlail al-a’mal).
Syekh Abdur Rauf al-Manawi memberi pandangan mengapa wafat di hari atau malam Jumat mendapat keutamaan dijaga dari fitnah kubur dalam keterangannya dalam kitab Faidl al-Qadir sebagai berikut:
“Sabda Nabi, tidaklah seorang Muslim mati di hari atau malam Jumat, kecuali Allah menjaganya dari fitnah kubur, sebab orang yang wafat di hari atau malam Jumat dibukakan paginya tutup (kurungan), sebab pada hari Jumat api neraka Jahannam tidak dinyalakan, pintu-pintunya ditutup, keleluasaan api neraka tidak berjalan sebagaimana hari-hari yang lain. Maka, bila di hari Jumat seorang hamba dicabut ruhnya, hal tersebut menunjukan kebahagiannya dan baiknya tempat kembali baginya, sebab pada hari Jumat api neraka Jahannam tidak dinyalakan, pintu-pintunya ditutup, keleluasaan api neraka tidak berjalan sebagaimana hari-hari yang lain. Maka, bila di hari Jumat seorang hamba dicabut ruhnya, hal tersebut menunjukan kebahagiannya dan baiknya tempat kembali baginya, sebab hari Jumat adalah hari terjadinya kiamat. Allah memisahkan di antara para kekasih dan musuh-musuhNya, demikian pula memisahkan hari-hari mereka yang dapat mengundang mereka untuk berziarah kepadaNya di hari tersebut di surga ‘And. Tidaklah seorang mukmin dicabut nyawanya di hari Jumat yang penuh dengan kebesaran rahmatNya yang tidak terhingga, kecuali Allah mencatatkan untuknya keberuntungan dan kemuliaan, maka dari itu, Allah menjaganya dari fitnah kubur,”. (Syekh Abdur Rauf al-Manawi, Faidl al-Qadir, juz 5, hal. 637).
Secara umum, orang yang meninggal di hari Jumat merupakan tanda-tanda akan kebaikan dan kemuliaannya. Namun tidak bisa dipahami terbalik bahwa yang meninggal di selain hari Jumat, sebagai tanda keburukan sang mayat. Banyak para kekasih Allah dan hamba pilihan-Nya wafat di selain hari Jumat. Semoga kita termasuk orang-orang yang mendapatkan kebahagiaan saat ajal menjemput kita. Amin. Wallahu a’lam.[]
Selamat Jalan Abang Dimas
Doa kami mengiringi Perjalanan Mu
Bin
Supriadi
Telah memenuhi Janjinya kepada Allah SWT
Doakan Dimas
semoga Almarhum
dipermdah baginya jalan menuju Allah SWT
dan merndapat tempat yang mulia disisiNya,
amin . . . . .ya Rabbul alamin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar